GILA KIU - Pengiriman pasukan keamanan dari Kanada ke Afghanistan untuk mengevakuasi ribuan warga Afghanistan. (Twitter.com/GlobalNational)
Presiden China Xi Jinping mendesak berbagai pihak yang berkepentingan di Afghanistan untuk memberantas terorisme. Sebagai imbalannya, China berjanji akan memberikan lebih banyak bantuan kepada negara yang sedang dilanda krisis kemanusiaan akibat perang saudara dan kemarau panjang.
Pernyataan Xi pada Jumat (17/9/2021) tak lepas dari dinamika yang terjadi di Afghanistan saat ini, di mana Taliban telah berhasil menguasai ibu kota Kabul sejak pertengahan Agustus lalu. Praktis kelompok yang telah bergerilya selama dua dekade ini menjelma menjadi penguasa negara. Namun, masyarakat internasional meragukan kapasitas Taliban untuk membangun Afghanistan.
Dikutip dari Channel News Asia, pada pertemuan para pemimpin Organisasi Kerjasama Shanghai, Xi mengatakan bahwa Afghanistan harus dibimbing untuk lebih terbuka dan inklusif. Kemudian, Xi juga berharap agar negara-negara yang berbatasan darat menerapkan kebijakan domestik yang moderat.
China sindir Amerika dan sekutunya karena "menghancurkan" Afghanistan
Dalam forum yang melibatkan Iran, Pakistan, India, Uzbekistan, Rusia, dan banyak negara lainnya, Xi mengatakan bahwa harus ada negara yang bertanggung jawab atas masa depan Afghanistan.
Pasalnya, masa depan Afghanistan penuh ketidakpastian akibat negara yang disebut Xi sebagai "penghasut", merujuk pada Amerika Serikat dan sekutunya.
Kemudian, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menekankan pentingnya koordinasi antar negara di kawasan dalam memainkan peran konstruktif di Afghanistan.
Setidaknya ada beberapa isu yang menjadi perhatian China untuk Afghanistan, yakni pemerintahan yang inklusif, anti-terorisme, dan ramah terhadap tetangganya, lapor Xinhua.
China berharap Taliban dapat berkontribusi melawan ETIM
Tak lama setelah Taliban menggulingkan pemerintahan Ashraf Ghani, China telah memberikan sinyal untuk membangun kerja sama. Beijing berharap Taliban dapat membuat terobosan dan membantu masyarakat internasional untuk menumpas terorisme.
Secara khusus, Beijing mendorong Taliban untuk dapat membatasi gerakannya dan melawan Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM), sebuah kelompok teror yang berbasis di Xinjiang dan sebagian besar terdiri dari etnis Uighur.
Hubungan China-Taliban bukanlah hal baru. Pada 28 Juli 2021, Wang Yi bertemu dengan delegasi Taliban yang dipimpin oleh Ketua Komite Politik Mullah Abdul Ghani Baradar. Saat itu, Wang berharap Taliban dapat memprioritaskan kepentingan nasional, menghormati dialog damai, menetapkan tujuan perdamaian, dan membangun citra positif.
Baradar saat ini menjabat sebagai Deputi I Perdana Menteri Afghanistan, mendampingi Perdana Menteri Mohammad Hasan Akhund.
China menjanjikan bantuan Rp 441 miliar untuk Afghanistan
Dilansir dari BBC, pada 8 September 2021, China menjanjikan bantuan kepada Afghanistan sebesar 200 juta yuan (sekitar Rp 441,8 miliar). Selain itu, China juga berjanji akan memasok logistik dan mendistribusikan tiga juta vaksin COVID-19.
Selain isu terorisme, China juga mendesak Taliban untuk memperketat pengawasan perbatasan, agar masuknya pengungsi tidak mengganggu stabilitas kawasan, juga dikhawatirkan teroris akan menggunakan pengungsi untuk melakukan aksinya.
Mengenai situasi kemanusiaan di Afghanistan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, dibutuhkan 600 juta dollar AS (sekitar Rp 8,5 triliun) untuk mencegah situasi memburuk di bawah rezim Taliban.
Untuk mengatasi hal tersebut, PBB mengadakan Konferensi Jenewa sebagai upaya penggalangan dana. Dikutip dari AFP, pertemuan yang digelar Senin (13/9/2021) itu diakhiri dengan komitmen pemberian bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan senilai US$1,2 miliar (sekitar Rp17,1 triliun).
0 Comments